info lowongan kerja terbaru - kerja di rumah

Kekerasan Fisik dan Verbal

Dalam aksi mengkambinghitamkan anak,orang tua melakukan kekerasan, baik fisik maupun verbal. Secara fisik, contohnya, anak dicubit atau dipukul, bahkan tak jarang sampai meninggalkan memar atau malah luka lebam. Kekerasan verbal atau verbal abuse menggunakan kata-kata kasar bernada penghinaan pun tidak kalah menyakitkan buat anak. "Sebetulnya, ini yang lebih membahayakan karena merendahkan sekaligus menyinggung dan menyakiti perasaan secara personal. Dengan mengata-ngatai anak 'Jelek', 'Bodoh', atau 'Dasar anak enggak tahu diuntung!' dan sejenisnya."


Di sini yang jadi sasaran bukan fisik, melainkan aspek pribadinya dan ini jelas lebih membahayakan. Bukankah anak jadi sulit membangun konsep dirinya secara positif? Sementara dengan konsep diri yang negatif, anak jadi merasa dirinya tak kompeten alias rendah diri. Otomatis ia tak berani tampil, tak berani mencoba, hingga lebih sering menemukan kesulitan dalam bersosialisasi. Selain merasa tak disayang yang akhirnya memunculkan rasa iri dan marah pada siapa saja. Bukankah masalahnya jadi melebar dan kian memburuk.

Selain beratnya konflik yang dihadapi, pengkambinghitaman juga dipengaruhi kepribadian si orang tua sendiri. Di tangan orang tua yang memiliki kepribadian sadis sementara masa kecilnya juga tak bahagia, bisa saja kehidupan anak harus berakhir tragis.Semestinya,orang tua segera mengkomunikasikan masalahnya dengan pasangan tanpa harus mencari kambing hitam atau tempat pelampiasan kekesalan.

Bahkan kalaupun tingkat konfliknya tinggi sekali, orang tua tidak boleh seenaknya menghukum atau menyatakan hal-hal negatif tentang anak secara langsung dengan nada tinggi pula. "Baiknya dipikir dulu, deh. Entah dengan menghitung jari atau masuk kamar mandi sejenak untuk meredakan kemarahan." Selain harus bisa membedakan mana masalah yang jadi porsi dirinya dengan pasangan dan mana yang memang murni kesalahan anak. "Dengan kata lain, harus bisa berpikir rasional dan tidak terbawa emosi."

Kalaupun pernah sesekali keceplosan omong, bisalah ditoleransi. Akan tetapi mesti segera introspeksi diri dan berani minta maaf pada anak. Supaya anak tahu orang tuanya bukan malaikat tanpa salah. Jelaskan, "Maaf ya, tadi Mama ngomong seperti itu. Soalnya Mama lagi pusing banyak pikiran." Tentu saja permintaan maaf ini harus tulus dilakukan dengan sambil memeluk anak. Selain disertai niat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bila tidak dikemukakan, bukan tidak mungkin justru anak yang merasa terbebani. Dia pikir orang tuanya marah-marah gara-gara dia melakukan kesalahan.


No comments:


Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Icio Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Digg Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Del.icio.us Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Facebook Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Reddit Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Propeller Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Furl Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Yahoo Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Google Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Blinklist Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Diigo Bookmark to:http://1keluarga.blogspot.com Technorati Information